🇫🇷 Kritik keras sering menghantam Kylian Mbappe setelah ia pindah ke Real Madrid. Banyak yang menuding PSG baru bisa menjuarai Liga Champions (UCL) musim 2024-2025 karena Les Parisiens sudah terbebas dari beban bintang. Namun, mantan gelandang PSG, Marco Verratti, tegas membela mantan rekannya itu.
Dalam wawancara dengan MARCA, Verratti menyebut kontribusi Mbappe selama di Paris tidak bisa kita pandang remeh. “Itu cara pandang yang tidak adil. Bersama Kylian, kami mencapai semifinal dan final, tapi memang belum menang. Saya tidak percaya PSG menang karena Kylian pergi,” ujarnya. Justru sebaliknya, Mbappe berperan besar dalam membangun fondasi klub.
Mbappe: Mesin Gol yang Kontribusinya Luar Biasa

Kylian Mbappe
Tebakskor889 – Verratti membeberkan statistik Mbappe untuk membantah kritikus. Mbappe membantu klub berkembang pesat. Bahkan, Verratti menyebut “Musim terakhirnya, dia mencetak hampir 50 gol. Itu luar biasa,” tambahnya. Faktanya, Mbappe mencetak 44 gol dari 59 penampilan di semua kompetisi pada musim terakhirnya bersama PSG (2024/2025). Kontribusi individu sebesar itu jelas sulit kita abaikan.
Verratti bahkan berani mengklaim Mbappe adalah pemain terbaik di dunia saat ini. Jelas, kapten timnas Prancis ini telah beradaptasi dengan cepat di Real Madrid. Musim 2025-2026, ia sudah mengoleksi 16 gol dalam 13 pertandingan. Secara keseluruhan, ia terus menunjukkan statusnya sebagai pemain untuk momen-momen besar, termasuk mencetak gol di laga krusial melawan Atletico Madrid dan Barcelona.
Rahasia PSG Juara: Keseimbangan Mengalahkan Bintang
Musim 2024/2025 menjadi tonggak baru bagi PSG. Mereka tampil luar biasa di bawah asuhan Luis Enrique. Tim ini menutup tahun dengan treble domestik dan akhirnya mengangkat trofi Liga Champions pertama dalam sejarah klub. Hebatnya, PSG bahkan menghancurkan Inter Milan 5-0 di final. Kemenangan tersebut menjadi kemenangan terbesar dalam sejarah kompetisi di era modern.
Keberhasilan PSG menunjukkan perubahan besar dalam strategi klub. Alih-alih mengandalkan deretan bintang seperti era 2021/2023 (trio Mbappe, Neymar, dan Messi), PSG kini lebih seimbang dan efisien. Mereka memadukan pemain muda dengan figur berpengalaman di setiap lini. Secara taktik, mereka membangun tim yang lebih kompak dan solid.
Dembele: Simbol Proyek Baru dan Pemenang Ballon d’Or
Puncak keberhasilan proyek baru PSG adalah Ousmane Dembele. Ia menjadi simbol perubahan PSG setelah Mbappe pergi. Dembele mencetak 33 gol dari 49 pertandingan. Pencapaian luar biasa itu membawanya memenangkan Ballon d’Or 2025. Penghargaan ini menjadi pengakuan atas transformasi Dembele dari winger yang rawan cedera menjadi penyerang tengah mematikan.
Faktanya, kemenangan Dembele didukung oleh dominasi PSG di UCL. Mereka menang 5-0 di final. Dembele bahkan menjadi salah satu pemain kunci. Dengan demikian, Dembele membuktikan bahwa klub telah menemukan keseimbangan tim dan struktur taktis yang mereka butuhkan untuk sukses di Eropa.
Trio MNM Gagal: Kekurangan Kolektif Jantung Tim
Ketika ditanya mengapa trio Mbappe, Messi, dan Neymar gagal mempersembahkan trofi Liga Champions, Verratti menilai penyebabnya bukan pada kualitas individu. Melainkan, pada keseimbangan tim. “Itulah keindahan sepak bola. Tidak cukup hanya membeli pemain hebat untuk menang,” katanya.
Ia menambahkan, “Tim itu adalah proyek serius dan mereka membantu klub berkembang. Tapi secara kolektif, kami kekurangan sesuatu yang penting. Dalam pertandingan besar, pemain bintang bisa membuat perbedaan, tapi tidak selalu.” Pernyataan Verratti menegaskan bahwa memiliki bintang tidak menjamin tim memiliki chemistry dan ketahanan taktis yang dibutuhkan di fase gugur UCL.
Mbappe di Madrid: Mempertegas Status Bintang Momen Besar
Kini, Mbappe menikmati karier barunya di Real Madrid. Setelah mencetak 44 gol dari 59 laga di musim debutnya, kapten timnas Prancis ini tampil luar biasa di musim 2025-2026. Ia sudah mengoleksi 16 gol dalam 13 pertandingan. Hebatnya, ia mencetak gol di laga besar melawan Atletico Madrid dan Barcelona, mempertegas statusnya sebagai pemain untuk momen-momen besar. Sementara itu, Verratti hanya bisa mengenang era Galacticos PSG yang penuh hype, namun nihil trofi Eropa.



