tebakskor889 – Pertandingan antara Manchester City dan Arsenal selalu menjadi sorotan utama dalam kalender Liga Inggris, bukan hanya karena dua tim ini sama-sama kuat, tetapi juga karena persaingan sengit antara dua manajer top: Pep Guardiola dan Mikel Arteta. Namun, setelah pertandingan terbaru antara kedua tim di Etihad Stadium, kontroversi muncul ketika Bernardo Silva, gelandang Manchester City, secara terbuka mengkritik taktik bertahan yang diterapkan Arsenal. Silva, yang dikenal sebagai salah satu pemain dengan visi permainan tajam dan kemampuan teknis mumpuni, merasa bahwa strategi “parkir bus” Arsenal merugikan kualitas sepak bola yang seharusnya diperlihatkan dalam pertandingan besar seperti ini.
Latar Belakang Pertandingan
Pertandingan tersebut memang diwarnai dengan tensi tinggi sejak awal. Arsenal, yang saat ini dalam kondisi prima dan menjadi salah satu pesaing terberat bagi City di Liga Inggris, memilih pendekatan defensif untuk menghadapi dominasi City. Mikel Arteta, mantan asisten Guardiola yang sekarang menangani Arsenal, sepertinya belajar banyak dari manajernya terdahulu, tetapi dalam pertandingan ini, ia memilih taktik bertahan total yang membuat banyak penggemar, termasuk Bernardo Silva, merasa kecewa.
City, yang di kenal dengan gaya bermain menyerang dan penguasaan bola, kesulitan menembus pertahanan berlapis Arsenal. Para pemain Arsenal lebih fokus bertahan dan menumpuk pemain di area belakang, sebuah taktik yang dikenal sebagai “parkir bus,” di mana tim lawan memasang hampir seluruh pemainnya di area pertahanan untuk mengurangi peluang kebobolan.
Kritik Bernardo Silva Terhadap Taktik Arsenal
Setelah pertandingan, Bernardo Silva tidak segan-segan mengutarakan pendapatnya. Dalam wawancara dengan media, Silva dengan tegas menyatakan ketidakpuasannya terhadap pendekatan Arsenal.
“Saya merasa ini bukan sepak bola yang seharusnya di tunjukkan oleh tim sebesar Arsenal. Mereka datang ke sini dan memutuskan untuk bermain bertahan total, sesuatu yang biasanya di lakukan oleh tim kecil. Ini tidak seperti Arsenal yang kita kenal. Jika Anda ingin menang Liga Inggris atau Liga Champions, Anda tidak bisa bermain seperti ini. Anda harus bermain untuk menang, bukan sekadar bertahan,” kata Silva dalam wawancaranya.
Silva menyinggung bahwa taktik seperti ini mungkin bisa membantu tim untuk mendapatkan hasil imbang atau bahkan kemenangan dalam beberapa pertandingan, tetapi dalam jangka panjang, taktik ini tidak akan membawa trofi. Ia juga menyatakan bahwa tim seperti Arsenal, yang memiliki pemain-pemain berbakat dan manajer dengan filosofi menyerang, seharusnya bisa bermain lebih positif.
“Jika Arsenal ingin bersaing dengan kami untuk trofi EPL atau Liga Champions, mereka harus lebih berani. Tidak cukup hanya bermain bertahan dan berharap untuk hasil imbang. Sepak bola adalah tentang keberanian, penguasaan bola, dan menyerang lawan. Itu cara kami memenangkan gelar,” tambah Silva.
Tanggapan dari Arsenal
Tentu saja, pernyataan keras Bernardo Silva ini memancing reaksi dari kubu Arsenal. Mikel Arteta, meski tidak secara langsung menanggapi kritik tersebut, membela taktik yang di terapkannya dalam konferensi pers pasca pertandingan.
“Kami tahu apa yang harus kami lakukan untuk mendapatkan hasil yang baik melawan tim sekuat Manchester City. Ini bukan soal bermain bertahan atau menyerang, tetapi bagaimana caranya untuk memaksimalkan peluang dan meminimalisir risiko. Setiap pertandingan memiliki pendekatannya sendiri, dan kami merasa bahwa ini adalah cara terbaik untuk menghadapi mereka kali ini,” ujar Arteta.
Beberapa pemain Arsenal juga memberikan tanggapan, meskipun dengan nada lebih diplomatis. Martin Ødegaard, kapten Arsenal, menyatakan bahwa timnya bermain sesuai dengan instruksi manajer dan fokus pada hasil akhir. “Kami tahu betapa kuatnya City, jadi kami harus bermain cerdas. Kadang-kadang, Anda harus menyesuaikan gaya bermain untuk melawan lawan tertentu,” kata Ødegaard.
Kritik yang di lontarkan Bernardo Silva memicu perdebatan lebih luas tentang apakah taktik bertahan total atau “parkir bus” masih relevan dalam sepak bola modern, terutama untuk tim-tim besar seperti Arsenal. Pendekatan ini sering di anggap negatif, karena di anggap merusak esensi sepak bola sebagai olahraga yang seharusnya menghibur dengan banyak gol dan serangan yang menarik.
Namun, dalam konteks taktik, “parkir bus” seringkali di gunakan sebagai alat untuk melawan tim yang secara teknis dan materi pemain lebih superior. Dalam hal ini, Arsenal bisa saja merasa bahwa bermain lebih terbuka melawan City hanya akan berujung pada kekalahan telak.
Pendekatan seperti ini pernah terbukti sukses, bahkan oleh tim-tim besar. Contohnya, José Mourinho di masa jayanya sering menggunakan taktik serupa saat melatih Chelsea dan Inter Milan, dan berhasil memenangkan banyak gelar. Oleh karena itu, meskipun taktik ini kerap di kritik karena di anggap negatif, ada alasan kuat mengapa pelatih memilihnya dalam situasi tertentu.
Namun, Bernardo Silva juga punya poin valid. Untuk menjadi juara, terutama dalam kompetisi jangka panjang seperti Liga Inggris atau Liga Champions, pendekatan defensif total tidak selalu efektif. Tim-tim yang ingin meraih trofi besar biasanya harus mampu menemukan keseimbangan antara bertahan dan menyerang, serta memiliki keberanian untuk mendominasi permainan, terutama melawan tim-tim yang setara atau lebih lemah.
Arsenal dan Ambisi Trofi
Sejak Mikel Arteta menangani Arsenal, tim ini jelas menunjukkan kemajuan signifikan. Mereka sudah kembali ke persaingan papan atas Liga Inggris dan mampu mengamankan tiket ke Liga Champions musim ini. Namun, untuk benar-benar menantang City dan klub-klub besar Eropa lainnya. Arsenal harus menunjukkan keberanian yang lebih besar, terutama dalam pertandingan-pertandingan krusial seperti melawan Manchester City.
Kritik Bernardo Silva mungkin terdengar pedas, tetapi ada kebenaran di baliknya. Untuk menjadi juara Liga Inggris atau Liga Champions, Arsenal harus lebih dari sekadar tim yang bisa bertahan dengan baik. Mereka harus belajar untuk mengambil inisiatif dalam pertandingan. Menyerang dengan keyakinan, dan tidak takut untuk bertanding di level yang sama dengan tim-tim terbaik di dunia.