tebakskor889 – Halo, Madridista! Lagi pusing ya melihat performa tim kesayangan yang lagi roller coaster?
Sebenarnya, wajar kalau kalian pusing. Real Madrid yang isinya pemain “alien” semua, eh malah keok dua kali berturut-turut. Kalah dari Celta Vigo itu sudah bikin geleng-geleng kepala, ditambah lagi digebuk Manchester City. Alhasil, jari telunjuk netizen langsung mengarah ke satu nama: Xabi Alonso.
Posisi Xabi, yang belum genap setahun duduk di kursi panas Santiago Bernabeu, dikabarkan mulai goyang. Banyak yang bilang taktiknya nggak jalan, atau dia belum selevel Ancelotti atau Zidane buat mengatur tim sekelas Madrid.
Akan tetapi, tunggu dulu. Legenda hidup Madrid, Karim Benzema alias “Wak Haji”, punya pendapat lain yang valid no debat. Menurut Benzema, akar masalahnya bukan di Xabi Alonso, melainkan justru di lapangan—tepatnya di antara para superstar lini depan kalian.
Masalah Utama: “Koneksi Putus” di Lini Depan
Dalam wawancaranya bareng L’Equipe, Benzema nggak pakai basa-basi. Faktanya, dia langsung to the point bilang kalau masalah Madrid saat ini adalah chemistry yang belum cair.
“Yang kurang dari mereka itu cuma koneksi antara Mbappe, Vinicius, Bellingham, dan Rodrygo. Semua orang harus tahu apa yang harus dilakukan di lapangan,” kata Benzema.
Bayangkan saja, lo punya empat pemain yang semuanya pengen jadi Main Character (tokoh utama). Sebab, kalau nggak ada yang mau mengalah atau nggak paham tugasnya, yang ada malah tabrakan di lapangan.
Benzema: “Mbappe Itu Striker, Bellingham Itu Playmaker!”
Selanjutnya, Benzema memberikan kuliah singkat soal pembagian peran atau job desc yang sepertinya mulai kabur di skuad Madrid sekarang. Ini poin-poin penting dari Wak Haji:
-
Jude Bellingham: Dia harus sadar kalau dia itu pengatur serangan (playmaker), bukan mesin gol utama. Jangan keseringan maju kalau bikin lini tengah bolong.
-
Kylian Mbappe: Tugas dia mencetak gol. Titik. Jangan sibuk turun jadi gelandang serang.
-
Vinicius Junior: Dia itu sayap kiri murni, bukan gelandang bertahan. Fokus acak-acak pertahanan lawan dari sisi flank.
“Selama setiap pemain paham tugasnya, masalah bakal kelar. Kita ngomongin pemain top 10 dunia yang main di satu tim. Meskipun potensinya gila, namun egonya juga gila,” tambah Benzema.
Xabi Alonso Nggak Bisa Main Play Station
Selain itu, Benzema juga membela Xabi Alonso mati-matian. Menurutnya, pelatih cuma bisa meracik strategi dan memilih siapa yang main. Sisanya? Itu tanggung jawab pemain di lapangan.
“Pelatih nggak bisa berbuat banyak, Bro. Dia sudah menurunkan nama-nama besar, dia pasang yang terbaik. Setelah peluit bunyi, itu urusan pemain,” tegas Benzema.
Bahkan, Benzema mengingatkan kalau di tim bertabur bintang, penyakit utamanya adalah nggak mau mengalah.
“Masalahnya adalah ketika lo nggak mau terima kalau teman di depan lo mencetak gol lebih banyak. Padahal, pencetak gol itu butuh tim. Lo nggak bisa menang sendirian,” tutup Benzema.
Analisis: Kenapa “Los Galacticos” Jilid Ini Macet?
Nah, biar nggak cuma modal omongan doang, mari kita bedah lebih dalam kenapa ucapan Benzema ini masuk akal. Berdasarkan data taktik dan sejarah sepak bola (dihimpun dari berbagai analisis Google), berikut adalah alasan teknis kenapa Madrid era Xabi Alonso ini masih struggle.
1. Kemacetan di Sisi Kiri (The Left-Wing Overload)
Kalau kita lihat heatmap (peta pergerakan pemain) dari data pertandingan musim ini, ada satu masalah mencolok: Semua orang mau main di kiri!
-
Vinicius Jr: Jelas raja sisi kiri.
-
Kylian Mbappe: Meski dipasang jadi striker tengah, insting alaminya selalu melebar ke kiri (posisi favoritnya waktu di PSG).
-
Rodrygo: Sering dipaksa main di kanan, tetapi lebih nyaman menusuk ke kiri.
Akibatnya, sisi kanan Madrid sering kosong melompong, sementara sisi kiri jadi kayak pasar kaget—terlalu ramai. Ini bikin serangan Madrid jadi gampang ditebak. Bek lawan tinggal tumpuk pemain di sisi kanan pertahanan mereka, dan matilah serangan Madrid. Oleh karena itu, Xabi Alonso pasti pusing mengatur ini karena karakteristik pemainnya yang “berat sebelah”.
2. Hilangnya Sosok “Pelayan” (The Benzema Role)
Kenapa dulu trio BBC (Bale, Benzema, Cristiano) atau duet Vini-Benzema begitu gacor? Jawabannya adalah karena ada Benzema.
Berdasarkan statistik La Liga, Benzema bukan cuma pencetak gol, tetapi dia adalah “lem” yang merekatkan tim. Dia sering turun ke bawah, menarik bek lawan, dan membuka ruang buat CR7 atau Vini lari.
Bagaimana dengan sekarang? Sebaliknya, Mbappe tipe pemain yang butuh ruang (space eater), bukan pembuka ruang (space creator). Vini juga butuh bola. Bellingham juga suka menusuk ke kotak penalti. Hasilnya, semua orang lari ke gawang, nggak ada yang mau jemput bola. Seperti kata Benzema tadi, “koneksi” itu hilang karena nggak ada yang mau berkorban jadi pelayan.
3. Dilema Taktik Xabi Alonso: Kontrol vs Kekacauan
Xabi Alonso itu pelatih jenius, kita tahu itu pas dia bawa Leverkusen juara Bundesliga tanpa kalah (Invincibles). Akan tetapi, gaya Xabi itu Structured Possession (penguasaan bola terstruktur). Dia suka timnya main rapi, jarak antar pemain rapat, dan sabar.
Di sisi lain, DNA pemain Madrid kayak Vini dan Mbappe itu Chaos & Transition (kekacauan dan serangan balik cepat). Mereka butuh kebebasan, bukan dikekang struktur kaku. Data menunjukkan, rata-rata dribble sukses Vini dan Mbappe sedikit menurun ketika dipaksa main dalam sistem yang terlalu kaku. Konflik antara filosofi pelatih dan insting natural pemain inilah yang bikin permainan Madrid jadi “kagok”.
4. Sindrom Galacticos (Pelajaran Sejarah)
Ingat Madrid awal tahun 2000-an? Ada Zidane, Figo, Ronaldo, Beckham, dan Raul. Namun, mereka sempat puasa gelar Eropa lama setelah Claude Makelele (gelandang pengangkut air) dijual.
Situasi sekarang mirip. Bellingham dipaksa kerja rodi naik-turun (box-to-box) karena Madrid kekurangan gelandang bertahan murni yang bisa mengatur tempo (sepeninggal Toni Kroos). Jika Bellingham fokus menyerang, pertahanan bolong. Sebaliknya, kalau dia fokus bertahan, serangan macet.benar kata Wak Haji Benzema. Ini bukan semata salah Xabi Alonso yang belum genap setahun kerja. Ini soal ego dan adaptasi taktik.
Oleh karena itu, ini menjadi PR besar buat Mbappe dan Vini: Siapa yang mau sedikit mengalah demi tim? Kalau nggak ada yang mau berubah, siap-siap saja Xabi Alonso jadi korban pemecatan, padahal masalahnya ada di dressing room.
Gimana menurut kalian, Madridista? Setuju sama Benzema atau tetap #XabiOut?



