tebakskor889 – Kisah Cristiano Ronaldo dan Manchester United adalah salah satu cerita yang menarik perhatian banyak pecinta sepak bola dunia dalam beberapa tahun terakhir. Sejak kembali ke Old Trafford pada 2021, harapan tinggi mengiringi kembalinya sang mega bintang. Namun, musim keduanya di Manchester United tidak berjalan semulus yang diharapkan. Ketika Erik ten Hag mengambil alih kursi pelatih pada musim panas 2022, muncul pergeseran besar dalam dinamika tim, yang berujung pada perpisahan Ronaldo dari klub. Alasan utama mengapa Ronaldo akhirnya disingkirkan oleh Ten Hag, menurut berbagai sumber, adalah karena ia tidak mampu mengikuti standar pelatih asal Belanda tersebut.
Standar Ketat Ten Hag
Erik ten Hag dikenal sebagai pelatih yang sangat disiplin dan menerapkan standar tinggi dalam semua aspek permainan. Dia datang ke Manchester United dengan misi untuk mengembalikan kejayaan klub dan memperbaiki masalah yang telah mendera mereka selama beberapa tahun. Salah satu langkah awal yang dilakukan Ten Hag adalah menegakkan aturan disiplin yang ketat, baik di dalam maupun di luar lapangan. Dia menuntut para pemainnya memiliki etos kerja yang tak terbantahkan, mematuhi instruksi taktis dengan sempurna, dan selalu tampil dengan performa maksimal.
Bagi Ronaldo, yang selama bertahun-tahun menjadi bintang di mana pun ia bermain, mengikuti standar pelatih dengan pendekatan baru ini bukanlah hal yang mudah. Pada usianya yang sudah mendekati 38 tahun, Ronaldo sudah memiliki cara bermain dan gaya hidupnya sendiri. Meskipun masih merupakan salah satu pemain paling berbakat di dunia, ada perbedaan besar antara apa yang di harapkan Ten Hag dari skuadnya dan apa yang dapat di berikan Ronaldo, khususnya dalam hal intensitas dan kontribusi terhadap tim secara keseluruhan.
Masalah Teknis dan Taktis
Di balik kebesaran nama Ronaldo, ada kenyataan bahwa gaya bermainnya mungkin tidak lagi cocok dengan filosofi sepak bola modern yang di terapkan Erik ten Hag. Gaya permainan Ten Hag yang menekankan pressing tinggi, intensitas permainan yang cepat, serta keterlibatan aktif dari setiap pemain di setiap fase permainan, menuntut stamina dan daya jelajah yang tinggi.
Ronaldo, meskipun masih sangat berbahaya di depan gawang, memiliki kelemahan dalam hal pressing dan bertahan dari depan. Ketika tim tidak memiliki bola, Ten Hag membutuhkan seluruh pemain, termasuk penyerang, untuk membantu dalam tekanan tinggi kepada lawan. Sayangnya, Ronaldo tidak dapat lagi memberikan kontribusi signifikan dalam hal tersebut, terutama di fase bertahan. Di era modern, penyerang yang tidak terlibat aktif dalam pressing seringkali di anggap sebagai kelemahan dalam taktik tim.
Ketidakmampuan Ronaldo untuk beradaptasi dengan skema pressing yang di inginkan Ten Hag, serta perannya yang lebih statis di lini depan, membuatnya sering terlihat “terisolasi” dalam permainan. Di tim yang penuh dengan pemain muda yang berlari cepat dan dinamis, kehadiran Ronaldo yang lebih mengandalkan posisi dan ketajaman di kotak penalti mulai terasa kurang selaras dengan taktik yang di usung oleh pelatih Belanda tersebut.
Selain masalah teknis, dinamika hubungan Ronaldo dengan Ten Hag juga kerap di beritakan memanas. Pada beberapa kesempatan, Ronaldo terlihat frustasi dengan keputusan Ten Hag, terutama ketika ia di tempatkan di bangku cadangan dalam beberapa pertandingan penting. Hal ini di perburuk dengan berbagai rumor di media yang menyebutkan bahwa Ronaldo tidak puas dengan peran yang di berikan kepadanya oleh Ten Hag.
Salah satu momen yang paling di ingat adalah ketika Ronaldo meninggalkan lapangan. Sebelum pertandingan berakhir saat United menghadapi Tottenham pada Oktober 2022. Tindakan ini jelas menjadi bukti nyata ketidaksepakatan antara Ronaldo. Sikap Ronaldo tersebut di anggap sebagai tindakan yang tidak menghormati keputusan pelatih. Dan itu memicu ketegangan lebih lanjut di antara keduanya.
Ten Hag, yang terkenal tidak kompromi dengan sikap kurang disiplin. Mengambil langkah tegas dengan mencoret Ronaldo dari skuad untuk beberapa pertandingan setelah insiden tersebut. Keputusan ini menandakan bahwa tidak akan memberikan perlakuan istimewa kepada pemain mana pun. Bahkan kepada seorang megabintang seperti Ronaldo.
Kurangnya Kesesuaian dengan Rencana Jangka Panjang Klub
Alasan lain mengapa Ronaldo akhirnya di singkirkan dari skuad Manchester United. Di bawah Ten Hag adalah karena kurangnya kesesuaian dengan visi jangka panjang klub. Di usianya yang mendekati 40 tahun, Ronaldo jelas berada di akhir karirnya sebagai pesepakbola profesional. Sementara itu, Manchester United sedang dalam proses membangun kembali tim yang kompetitif. Dengan fokus pada pemain-pemain muda yang dapat berkembang dalam beberapa tahun mendatang.
Ten Hag datang ke Manchester dengan misi jangka panjang. Dan untuk itu dia membutuhkan pemain-pemain yang bisa menjadi bagian dari rencana masa depan klub. Fokus Ten Hag pada pemain muda seperti Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Antony. Menunjukkan bahwa klub sedang menuju arah yang berbeda dari era Ronaldo.
Ronaldo mungkin masih bisa memberikan dampak besar dalam jangka pendek, tetapi untuk rencana jangka panjang klub, keberadaannya menjadi kurang relevan. Apalagi, gaji besar yang di miliki Ronaldo juga menjadi beban finansial bagi klub yang sedang mencoba merapikan struktur keuangan mereka.
Pada akhirnya, keputusan untuk memutuskan kerja sama antara Manchester United dan Cristiano Ronaldo tampaknya menjadi langkah terbaik bagi kedua pihak. Bagi Ten Hag, dia bisa melanjutkan rencananya tanpa harus menyesuaikan tim dengan kebutuhan seorang pemain berusia 37 tahun. Yang memiliki gaya bermain dan ekspektasi yang berbeda.